Rabu, 27 Maret 2019

ISMIYAH ( Episode 1 )

Meninggal dunia (part 1)


Siang ini walau pun panas sangat menyengat di kulit, tidak memberhentikan lantunan“ lailahaillah” berkumandang di tiap langkah demi langkah orang-orang yang membawa keranda berisikan jenazah, jenazah tersebut akan di makamkan di pemakaman setempat. Papan nisan atau batu nisan yang bertulisan nama, di bawa oleh seorang ibu yang sambil menangis mengantarkan kepergian jenazah tersebut.

Jenazah tersebut adalah anaknya yang meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya pada saat hidup di dunia di tambah kecelakaan yang menimpa almarhum. Suaminya menenangkan sang istri yang sedari tadi meneteskan air mata kesedihan.

“ sudah ma, ikhlaskan saja kepergiannya”

“ mama sedih, sebab mengapa anak kita pergi terlalu cepat”

“ sabar ya ma”

Hingga pada akhirnya sampailah rombongan di tempat peristirahatan terakhir sang jenazah. Di depan pintu masuk TPU, sudah di tunggu oleh penggali kuburan TPU setempat untuk memberi tahukan makam jenazah.

“ mohon maaf pak, apakah sudah di siapkan makamnya”

“ ohh sudah pak ustadz, ayo mari ikut saya”

“ oh baik pak”

Rombongan semua mengikuti arahan penggali kubur tadi, hingga sampai ditempat pemakanannya. Dengan cepat Pak ustadz langsung membagi dua kelompok yang masing-masing tiga orang, di atas tiga untuk mengambil jenazah dan di dalam liang lahat tiga orang untuk menahannya.

“yang di atas ambil jenazahnya kemudian di bawah siap menahan” pak ustadz berikan arahan

Dengan sangat pelan-pelan dan hati-hati, tiga orang yang berada di bawah menahan jenazah yang akan di makamkan.

“ awas pak hati-hati yah”

Pelan-pelan Jenazah telah di taruh, Pak ustadz lalu turun untuk mengadzankannya. Lantunan adzan tersebut di arahkan ke telinga.

“ allahu akbar, allahu akbar” adzan dikumandangkan hingga akhir, dan setelah itu barulah mengqomatkan dengan suara di letakan di telinga lainnya.

Ketika proses adzan dan qomat sudah selesai Ia naik kembali, dan tiga orang di bawah tadi menutup sedikit demi sedikit jenazah menggunakan papan yang sudah di persiapkan sebelumnya.

“ ya sudah ayo tanahnya segera kita tutupi, sebelumnya bantu dulu bapak-bapak itu untuk naik”

Suasana pecah dengan air mata, isak tangis kesedihan yang mendalam dengan kepergian sang jenazah. Terlebih lagi kedua orang tua mereka yang masih tidak percaya anaknya sudah di kebumikan saat ini.  Penutupan jenazah sudah selesai dan kemudian menaburkan bunga-bunga ke pemakaman.

“ ya sudah mari kita membaca doa terlebih dahulu untuk almarhum sebelum kita pulang ke rumah masing-masing, doa akan di pimpin oleh saya” (kata pak ustadz). 

Pak ustadz memulai pembacaan doa untuk almarhum, dan akhirnya selesai.

“ amin” (sambil mengusap wajah dengan kedua tangan)

“terima kasih bapak-ibu sekalian mari kita pulang”

Semua orang beranjak pergi meninggalkan tempat pemakaman, hanya menyisakan keluarga almarhum. Ibunya sangat sedih melihat anak semata wayangnya pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Tapi Indah saudara dari almarhum, sebelum ia meninggal ia mendapatkan pesan terakhir darinys agar memberikan buku dan sebuah kamera ini pada wanita yang di sayangnya, Indah tau siapa yang di maksudnya itu. 

“ indah tolong yah berikan buku dan kamera ini kepadanya”

“baiklah, nanti akan ku cari wanita tersebut”

“tolong yah ini pesan terakhirku dan semua isi hatiku dan kisah manis bersamanya ada semua di buku ini dan sebagian ada di kamera ini”

“ ia nanti akan ku sampaikan dan ku berikan tenang aja” mengelus-elus jidat

Saat indah, om, tantenya ingin beranjak dari tempat, terlihat dari jauh ada seorang anak perempuan berlari dan sepertinya menuju ke arah mereka bertiga. Ia terihat dari kejauhan meneteskan air mata, dan ia berteriak nama “ zami”.

Sampainya di tempat, ia langsung mengelus batu nisan yang bertulisan nama yang ia panggil tadi. Batu nisan tersebut bertulisan nama zami bin fauzan. Wanita tersebut menangis sejadi-jadinya, dan merasa mempunyai salah kepada zami.

“ hei” memegang pundaknya”

“ ia” membersihkan air di mata dan juga pipinya menggunakan tangan

“ kamu namanya ismiyah yah” bertanya indah

“ ia aku ismiyah ”

“ohh jadi kamu yang namanya ismiyah” ibu aisah dengan menggunakan nada bicara tinggi “gara-gara kamu anak saya jadi begini” lanjut ibu aisah yang merasa ini semua adalah penyebab kesalahan dari ismiyah.  Ibu aisah marah besar tapi amarahnya di tahan oleh om fauzan suaminya sendiri.

“ sudah tante sudah nanti indah yang bicarakan” ucap indah

“ sudah ma sudah bener kata indah biar nanti ia yang selesaikan” memegang pundak istrinya

“ ia tante udah nanti biaraku saja yang ngurus”

“ ya sudah ayo pak kita pulang” sambil dengan tatapan yang tajam menatap ismiyah

Ibu aisah dan om fauzan berdiri dan lekas pulang pergi meninggalkan mereka berdua, hanya tinggal indah dan ismiyah. ia masih mengelus batu nisan zami, dan air matanya begitu banyak menetes hingga membasahi pakaiannya.

" aku ingin bicara mi tapi jangan disini kita cari tempat lain saja" kata indah.

ISMIYAH ( Episode 1 )

Meninggal dunia (part 1) Siang ini walau pun panas sangat menyengat di kulit, tidak memberhentikan lantunan“ lailahaillah” berkuma...